Thursday, June 14, 2007

TEKNIK PEMBIBITAN ULIN (Eusideroxylon zwageri)







PENDAHULUAN
Ulin (Eusideroxylon zwageri) merupakan salah satu jenis penyusunan hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah : bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi di dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat.
Dalam rangka pengembangan tanaman ulin, diperlukan informasi dan kajian budidaya yang tepat sesuai dengan karakteristik tempat hidupnya.
PENGADAAN BIBIT
Pengadaan Benih
Pohon ulin berubah setiap tahun, pada bulan Juli – Oktober. Buah ulin berbentuk bulat lonjong dengan garis tengah 5 – 10 cm dan panjang 10 – 20 cm. Buah muda berwarna hijau dan menjadi coklat setelah masak. Daging buah akan lepas dari biji melalui proses pembusukan selama ±1-2 bulan. Biji berwarna putih gading dengan kulit biji yang keras setebal 1-2 mm.
Untuk memecahkan kulit biji yang keras, dapat dilakukan skarifikasi dengan merendam dalam air selama 2 jam, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari. Cara skarifikasi dengan menggunakan bantuan alat yang tajam dapat merusak kotilendon.
Perkecambahan
Perkecambahan ulin dapat dilakukan langsung ke kantong plastik atau melalui bedeng tabur. Perkecambahan melalui bedeng tabur memberikan hasil yang lebih baik.
Bedeng TaburBedeng tabur dibuat dengan menggunakan sungkup dari plastik transparan berbentuk setengah lingkaran dengan garis tengah 70 cm. Sungkup dibuat di bawah tegakan atau naungan.
Media yang digunakan untuk perkecambahan adalah pasir yang telah disterilkan, dengan cara : solarisasi, digoreng sangan atau fumigasi media dengan fungisida (Dithane M-45). Tebal pasir di bedeng tabur minimal 20 cm, mengingat pertumbuhan akar ulin sangat sepat dan panjang.
Penaburan BenihPenaburan dilakukan setelah benih diskarifikasi. Benih ditabur sedalam ¾ dari ukuran benih dengan posisi mendatar.
Benih mulai berkecambah pada hari ke 33 sampai siap sapih pada hari ke 69 (umur 8 minggu). Dengan cara tersebut diperoleh hasil persen kecambah di atas 95%.
Penyapihan
Penyapihan bibit dari bedeng tabur ke sapihan dengan menggunakan kantong plastik ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1. Penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari pada tempat yang teduh.
Bedeng sapih dibuat di bawah naungan dengan kondisi sebagaimana bedeng tabur. Dalam penyapihan bibit ulin, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut:
Akar tunjang jangan sampai terlipat atau patah, mengingat akar cukup panjang dan besar;
Biji jangan sampai terputus/terlepas dari bibitnya, karena terpisahnya biji dari bibit akan menyebabkan kematian bibit tanaman.
Bibit di tingkat sapihan memerlukan waktu 3-4 bulan dan bibit siap tanam di pangan. Bibit asal cabutan anakan alam yang sering digunakan untuk pertanaman, pertumbuhannya kurang baik di lapangan, karena mungkin disebabkan terlepasnya biji dari bibit.
Pemeliharaan Bibit
Penyiraman dan PemupukanPenyiraman dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu hari. Pemupukan diberikan apabila pertumbuhan bibit di bedeng sapih kurang baik. Pupuk yang biasa digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 10 gr per kantong plastik.
Pengendalian Hama dan PenyakitPengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terlihat adanya gejala serangan. Insektisida atau fungisida yang digunakan disesuaikan dengan jenis jamur ataupun serangga yang menyerangnya.

PEMBUATAN TANAMAN
Persiapan Lapangan
Pemilihan LokasiUlin termasuk jenis semi toleran, yang pada waktu mudanya memerlukan naungan dengan intensitas tertentu. Pertumbuhan awal terbaik pada instensitas cahaya 5-25%. Penanaman pada lahan terbuka, perlu ditanami terlebih dahulu dengan jenis tanaman lain yang bertajuk rapat sehingga mencapai instensitas cahaya di bawah tegakan sebagaimana tersebut di atas.
Persiapan LapanganAreal yang akan digunakan perlu dibersihkan dari belukar yang dapat mengganggu penanaman dengan cara jalur selebar 2 m. Ajir tanaman dipasang dengan jarak 4 x 4 m. Lubang-lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada waktu awal musim penghujan, diikuti dengan pengairan. Pada saat penanaman, biji juga harus tetap dijaga agar jangan sampai terlepas dari bibitnya.
Pemeliharaan
a. PenyulamanPenyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada waktu musim hujan masih ada.
b. Penyiangan dan PendangiranPenyiangan dilakukan setiap 4 bulan sekali pada tahun pertama dan 6 bulan sekali pada tahun berikutnya. Penyiangan dilakukan secara jalur dengan lebar 1 m ke kanan dan kiri tanaman. Pendangiran dilakukan bersamaan dengan pendangiran. PemupukanJenis dan dosis pemupukan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan dilakukan satu tahun sekali. Pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 100 gr per pohon memberikan hasil yang lebih baik. Pemupukan awal dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan.

Monday, June 11, 2007

BUDIDAYA SUNGKAI (Peronema canescens)

PENDAHULUAN

Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk kedalam famili Verbenaceae. Daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan seluruh Kalimantan. Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan type curah hujan A sampai C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian sampai 600 m diatas permukaan laut. Tanaman sungkai perlu tanah yang baik, sedangkan di tanah mergel tidak dianjurkan.

Tinggi pohon mencapai 20–30 m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat.

Kegunaan kayu sungkai cocok untuk rangka atap, karena ringan dan cukup kuat. Selain itu ipakai juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan.
Garis-garis indah mungkin baik untuk vinir mewah, kabinet dan sebagainya. Kayunya mempunyai berat jenis 0,62 dan termasuk kelas kuat II – III serta kelas awet III.

Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret – Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir.
PEMILIHAN BENIH

Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat perbanyakan secara vegetatif lebih mudah dilaksanakan, maka untuk pengadaan benih penanaman dipakai stek batang, yang diambil dari terubusan-terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus.
PEMBIBITAN

Pemilihan Terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi hormon tumbuh (Roton F), kemudian ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan dengan insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur lebih kurang 3 bulan.
PENANAMAN

Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan dan semak belukar dengan sistim jalur atau cemplongan. Disamping itu dapat juga ditanam pada areal yang terbuka dengan pengolahan tanah total yang dapat dikombinasi dengan pemberian tanaman tumpang sari.
Kegiatan penanaman meliputi :

Persiapan Lapangan

Dalam persiapan lapangan yang pertama kali dilaksanakan adalah land clearing/pembabatan semak belukar, kemudian di ikuti dengan pengolahan tanah. Untuk sistim jalur dan cemplongan, pekerjaan utama yang perlu dilaksanakan adalah pembuatan dan pemasangan ajir.
Arah pembersihan lapangan dilaksanakan sesuai dengan ajir. Tahap selanjutnya adalah pembuatan lubang tanaman yang jaraknya sisesuaikan dengan jarak tanam yg telah direncanakan yaitu 3 m X 2 m atau 4 m X 2m kemudian setelah berumur 5 tahun dilakukan penjarangan pertama.
Lubang tanaman sebaiknya dibuat 7 – 15 hari sebelum pelaksanaan penanaman, dengan ukuran lubang 30 cm X 40 cm X 30 cm.
Penanaman

Bibit dalam kantong plastik yang telah diseleksi diangkut kea areal penanaman yang jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan tanam perhari. Bibit ditanam satu persatu pada setiap lubang denga terlebih dahulu melepas/menyobek bagian bawah kantong plastik secara hati-hati agar tanahnya tidak pecah. Bibit ditanam berdiri tegak dan ditutup dengan tanah di sekelilingnya ditekan dengan tangan dari samping agar tanah padat. Dalam penanaman harus diusahakan agar batang dan akar tidak rusak atau bengkok.
Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman adalah penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit.
Penyulaman dilakukan pada tahun pertama dan tahun kedua, sedangkan kegiatan penyiangan, pendangiran dan pemupukan sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim penghujan serta dilaksanakan sampai tanaman cukup besar. Pemberantasan hama dan penyakit hanya dilaksanakan sewaktu-waktu yaitu jika ada serangan hama/penyakit atau diperkirakan akan terjadi serangan penyakit. Hama yang menyerang tanaman sungkai antara lain penggerek batang dan penggerek pucuk. Serangan penggerek tersebut dapat diberantas dengan insektisida yang bersifat sistemik.